HEADLINE

Lapor Pak! Keluarga Saya Positif Covid-19

pada tanggal wisata, sastra, cerpen, sejarah, islam,
  Bulan baru saja berganti, Juni ke Juli. Tak ada lagi hujan. Pukul 08.00 WIB, 1 Juli 2021, Bapak mertua saya yang tinggal satu atap dinyatakan positif Covid-19 setelah melakukan swab test. Istri saya yang menemani swab test pun hasilnya sama: garis dua, positif. Di rumah kami, ada tujuh orang yang hidup berdampingan. Ibu, Bapak, saya, istri, dan tiga anak; dua laki-laki, satu perempuan. Masing-masing berusia 9 tahun, 2,5 tahun, dan 1 tahun. Ada satu anggota lagi, ART yang menjaga anak saya tetapi tidak tinggal satu rumah melainkan pulang pergi, Mba L namanya. Setelah Bapak dan istri dinyatakan positif, saya mengajak Ibu dan anak pertama serta anak kedua untuk swab test. Ini kali kedua anak-anak saya swab test, di tempat yang sama. Anak kedua saya, perempuan, sempat takut, tapi saya bujuk karena yang mau di-swab test adalah Aang-nya. "Kan mau jadi dokter, Nok," kata saya membujuk. "Jadi harus ketemu dokter dulu, biar Nok belajar jadi dokt
0

Napoleon Bonaparte "Dicopet" di Lapangan Banteng

pada tanggal
Jejak Napoleon di Lapangan Singa. Pernah denger Lapangan Banteng? Pasti ada nyang mikir dikasih nama Lapangan Banteng karena dulunya banyak banteng di sana. Gak salah dan ada benernya juga sih.

Ceritanya begini, waktu Gubernur Jenderal JP Coen 'babat alas' pas bangun Batavia, wilayah sekitar Lapangan Banteng saat itu adalah hutan belantara. Layaknya hutan, ya penghuninya udah pasti nyang buas-buas. Kayak macan, kijang, banteng, temen nyang nikung gebetan, ibu-ibu tetangga nyang doyan ngeghibah. Bu, bu, ada ibu-ibu gaes. Ada ibu-ibu anjay. IBU-IBU... halah receh bet. Astagfirullah.

Ok balik lg ke Lapangan Banteng. Lapangan itu dulu disebut Lapangan Singa atawa Waterlooplein. Tapi bukan karena di sana pernah hidup singa yak. Disebut Lapangan Singa karena ada patung singa nyang dibuat Belanda untuk ngecengin tentara Prancis pimpinan Jenderal Napoleon Bonaparte nyang kalah perang lawan Belanda di deket Kota Waterloo, Belgia. Napoleon kalah bukan karena lemah, tapi karena dikeroyok Belanda-Inggris-Jerman yang bersatu demi ngalahin Prancis.

Di lapangan itu juga pernah berdiri patung JP Coen. Patung Coen dibuat 1876 untuk memperingati 200 tahun berdirinya Kota Batavia. Sayangnya, patung singa diancurin Jepang tahun 1942, dan patung Coen diancurin Sukarno setelah Indonesia merdeka. Alasan penghancuran sama; berbau Kolonial.

Pada 1960-an, Soekarno minta dibuatin patung pembebasan IRIAN (Ikut Republik Indonesia Anti-Nederland). Henk Ngantung diminta gambarin sketsa pria nyang bebas dari belenggu penjajahan. Patung dibuat maestro kesayangan Soekarno, Edhi Sunarso. Fyi nih, Pak Edhi juga yang buat Patung Selamat Datang di Bundaran HI dan Patung Dirgantara --orang-orang nyebutnya Patung Pancoran.

Lapangan itu juga pernah jadi terminal bus era Gubernur Ali Sadikin tahun 1970-an. Copet-copet pun merajalela di sana. Oie, copet itu singkatan dari "Comot Dompet".


Lapangan itu emang dr dulu jd ajang adu pamer kedigjayaan. Soalnya, sering dipake untuk aksi demo. Mulai dari mahasiswa nyang nuntut Soekarno mundur, ampe demo 1,5 juta orang nuntut PKI dibubarin.


Cerita Lengkapnya Di Sini
wisata, sastra, cerpen, sejarah, islam,

Comments

Post a Comment

YOUTUBE