"Karta... Karta... Abah sudah sampai di kantor."
Abah saya, Alwi Shahab memanggil saya lewat sambungan ponsel pukul 11 siang di suatu hari sekitar tiga tahun lalu.
Abah saat itu masih kuat ingatannya, bahkan masih bisa mendaras buku dan mengetik di komputer di ruang kerjanya. Setahun setelahnya, pascaoperasi katarak di Singapura, kesehatan Abah drop dan sempat tak ke kantor beberapa bulan. Tetapi soal semangat kerja, Abah gak ade lawan.
Pernah ya, sudah sampai kantor, Abah minta pulang karena mau BAB --maklum Abah harus butuh bantuan untuk buang hajat mengingat kondisi kesehatan--, tapi luar biasanya Abah minta balik lagi ke kantor, cuman biar bisa bertemu dan bercerita ke saya.
Setelah pulih, meski jalannya sudah inak-inuk kata orang Jawa, Abah tetap ke kantor. Namun metodenya saya ganti, Abah tak lagi menulis, melainkan merawikan apa saja yang Abah mau ceritakan. Atau terkadang saya sayang bertanya dan menuangkan cerita Abah dalam bentuk tulisan. Tulisan Abah masih bisa dinikmati di kanal
Selarung Republika.
Sayangnya, Abah harus menyerah setahun belakangan. Pasca-Lebaran Abah pernah stroke ringan dan sejak itu ingatannya mulai memudar. Ingatannya melompat-lompat jauh ke masa anak-anak, remaja, atau saat masih liputan sebagai wartawan.
Soal sejarah, ingatan Abah tak lagi sempurna. Namun ceritanya masih kuat, meski tak lagi beraturan. Saat ketemu saya pun, Abah harus diajak bicara beberapa menit untuk meraih ingatannya yang digerogoti usia.
Namun ada satu nama orang yang tak pernah lenyap dari ingatan Abah: UMI MARIAM, istri yang sudah 50 tahun lebih mendampingi. "Yem, yem, sini Yem," pinta Abah saat syukuran acara 80 tahun usia Abah. Saat itu Abah sembari senyum dan tangannya meraih tangan Umi.
"Kamu harus punya panggilan sayang ke istrimu. Seperti Abah manggil Umi kamu; Yem," ucap Abah.
Semua riwayat cinta Abah dan Umi yang pernah saya dengar, gak kalah romantis dari Doel-Sarah. --dibuat buku ciamik nih.
Barakallah Abah, semoga Allah senantiasa menjaga Abah dan Umi. Barokah usianya dan selalu sehat.
"Iya dong, Abah sehat terus. Apa kita
terusin program melancong lagi kayak dulu? Abah nanti pakai kursi roda, kamu bantu cerita. Kamu Abah kasih nama; Karta Shahab," tuturan Abah dulu di ruang kerja
Republika.
Comments
Post a Comment