HEADLINE

Lapor Pak! Keluarga Saya Positif Covid-19

  Bulan baru saja berganti, Juni ke Juli. Tak ada lagi hujan. Pukul 08.00 WIB, 1 Juli 2021, Bapak mertua saya yang tinggal satu atap dinyatakan positif Covid-19 setelah melakukan swab test. Istri saya yang menemani swab test pun hasilnya sama: garis dua, positif. Di rumah kami, ada tujuh orang yang hidup berdampingan. Ibu, Bapak, saya, istri, dan tiga anak; dua laki-laki, satu perempuan. Masing-masing berusia 9 tahun, 2,5 tahun, dan 1 tahun. Ada satu anggota lagi, ART yang menjaga anak saya tetapi tidak tinggal satu rumah melainkan pulang pergi, Mba L namanya. Setelah Bapak dan istri dinyatakan positif, saya mengajak Ibu dan anak pertama serta anak kedua untuk swab test. Ini kali kedua anak-anak saya swab test, di tempat yang sama. Anak kedua saya, perempuan, sempat takut, tapi saya bujuk karena yang mau di-swab test adalah Aang-nya. "Kan mau jadi dokter, Nok," kata saya membujuk. "Jadi harus ketemu dokter dulu, biar Nok belajar jadi dokt

Cokelat, Madu, dan Rindu


Tejo mengetuk pintu rumahnya. Ia pulang setelah setahun merantau ke tanah Jawa.

Pintu terbuka. Surti di balik daun pintu. Terpana, sejurus kemudian mengulum senyum. Kecut.

"Apa ini?" tanyanya saat Tejo menyodorkan sesuatu.

"Cokelat. Satu rasa madu, satu rasa rindu," jawab Tejo datar. Tenang.

Surti menghela nafas, berusaha menenangkan kecamuk. "Aku siap menerima rindumu, tapi tak rela menampung madumu."

Daun pintu ditutup. Senyum Tejo menguap. Bunga rindunya berguguran. Ia tarik tangan cokelat bergelang rantai emas ke dalam taksi. Diantarkannya ke terminal bus.

"Maaf, aku tetap menunggumu. Menunggu dia siap berbagi rindu," kata pemilik tangan cokelat itu sembari naik ke dalam bus.

Bus mengaspal. Meninggalkan Tejo yang berbalik arah tanpa lambaian tangan.

Comments

YOUTUBE