Senin, 12 November 2012 saya yang bertugas di Republika Online (ROL)
dapat jadwal piket sore, dari jam 16-00 WIB. Di hari yang sama, istri
saya, Fitria Handayani, sudah mulai mengajukan cuti melahirkan. Sebab,
menurut penerawangan dokter, istri saya akan melahirkan sekitar tanggal
11-20 November 2012. Dan perkiraan istri saya tepat. Selasa malam,
sekitar pukul 23.00 WIB, istri saya sudah merasakan mulas di perutnya.
Ia berkali-kali ke kamar mandi untuk beser alias buang air kecil. Sampai
Selasa, 13 November 2012, sekitar pukul 02.00 WIB, mulas di perut istri
saya semakin hebat. Saya yang baru tidur pukul 01.00 WIB, sadar tidak
sadar menanggapi keluhan istri saya. Bahasa Sundanya lulungu alias masih belum segar. Tapi saya langsung memutuskan ba'da Subuh nanti kami akan pergi ke bidan dekat rumah.
Pukul 05.20 WIB
Saya
dan istri dengan berjalan kaki sampai ke rumah sekaligus tempat Bidan
Hj Een praktik. Jaraknya hanya sekitar 300 meter dari rumah kami. Ini
bidan aslinya orang Garut. Udah berumur. Ya jelas aja, beliau udah jadi
bidan saat ibu mertua saya hamil istri saya. Bayangin, ibu mertua saya
ketika bersalin untuk melahirkan istri saya, yang ngebantuin Hj Een.
Kebayangkan berapa banyak dan lamanya pengalaman beliau dalam urusan
bidan membidan.
Pukul 05.25 WIB
Setelah
daftar, Alhamdulillah saya dapat kamar VIP yang saya sudah pesan
jauh-jauh hari. Kamarnya cukup luas untuk ukuran tempat praktik bidan.
Ukurannya sekitar 5x5 meter. Kamar mandi di dalam, tempat tidur pasien,
sofa, meja, ranjang bayi, AC dan televisi.
Pukul 05.35 WIB
Menantu
dari Bidan Een, saya lupa namanya, datang ke kamar kami. Ia datang
untuk memeriksa sudah bukaan berapa istri saya. Setelah diperiksa
ternyata bukaan dua. Istri saya lalu diinduksi untuk merangsang mulas.
Kami pun diminta menunggu.
Pukul 06.15 WIB
Istri saya dibawa ke ruang bersalin. Disana sudah ada sejumlah perawat yang menunggu. Tentunya ada Hj Een.
Pukul 06.20 WIB
Istri
saya mulai teriak kesakitan. Perawat sigap. Dan setelah diperiksa sudah
bukaan 6. Kami diminta menunggu lagi. Istri saya diminta tidur miring.
Pukul 06.30 WIB
Istri
saya teriak. Pengen Puupppp. Perawat sigap, sudah bukaan 10. Dan
pertaruhan hidup dan mati pun dimulai. Saya yang mendampingi istri tak
henti-hentinya ngebacain surat-surat Alquran yang saya hafal. Tangis
saya meledak ngeliat istri saya meregang kesakitan. Yang pertama
melintas di pikiran adalah ibu saya. Baru tau ternyata sebegitu hebatnya
pengorbanan ibu ngelahirin anaknya.
Pukul 06.50 WIB
Alhamdulillah,
anak saya keluar dari rahim istri. Tapi belum ada tangis. Setelah
dipukul pantatnya ternyata dia baru mewek. Merdu. Ini pertama kali
untuk saya dan istri mendengar tangisannya. Aduh saya aja mau nangis
nulisnya. Anak saya laki-laki. Putih, rambutnya tebal. Ikal. Setelah
dibasuh, dibersihkan, dipotong tali pusar lalu ditimbang dan diukur,
beratnya 3,6 Kg dan panjang 50 cm. Istri saya pun mendapat perawatan.
Pukul 07. 15 WIB
Saya
ambil anak saya dari pangkuan bidan. Gemetar tangan saya pertama kali
menggendong malaikat kecil. Meski ini bukan kali pertama saya
menggendong bayi, tapi tetap saja tangan dan hati gak bisa bohong.
Gemetar karena saya sekarang sudah jadi bapak. Jadi ayah.
07.18 WIB
Lantunan
adzan saya kumandangkan ke dekat telinga kanan putra saya. Perasaan itu
campur aduk. Sampai terserak. Butuh waktu sekitar lima menit saya untuk
menyelesaikan adzan. Menit berikutnya saya lantunkan ikomah di telinga
kiri. Dan lima menit selanjutnya, putra saya kembali diminta perawat.
09.00 WIB
Istri saya dibawa ke ruang perawatan. Disana ia diminta istirahat. Dan saya pun ikut tertidur.
Ini
foto-foto putra saya yang diambil beberapa jam setelah ia lahir. Oia,
malaikat kecil ini saya beri nama, Fathir Faeyza Raharja Ucu. Fathir
artinya pencipta. Faeyza berarti sukses, dan Raharja bermakna sejahtera.
Sementara Ucu adalah nama keluarga saya. Jadi digabungkan menjadi
'pencipta yang sukses dan sejahtera'.
Pipinya masih merah. Foto ini diambil 4-5 jam setelah dia lahir
Foto ini diambil Selasa petang. Fathir udah bisa diajak berinteraksi.
Foto bareng anak lanang.
Baru
juga lahir, Fathir udah ngajakin bicara. Subhanallah. Mahasuci Engkau
ya Allah. Terima kasih untuk karunia keturunan. Jadikan anakku sebagai
penyelamat aku dan istri dari jilatan api neraka. Jadikan dia anak
shaleh yang membawa kami ke surga-Mu. Penyejuk jiwa. Mudahkanlah
hidupnya, lancarkanlah rizkinya, jagalah dari sengat dunia.
Jadikan dia sebagai penghafal Alquran dan perawi hadist. Imam Masjidil
Haram atau Masjid Madinah. Ringankanlah langkahnya untuk pergi ke Makkah
dan Madinah seperti ke halaman rumah. Keliling dunia seperti pergi ke
tempat kerja. Amin.
Semua
orang bisa jadi anak, tapi belum tentu bisa jadi bapak. Maka jangan
sia-siakan anak dengan urusan sepele. Urusan dunia, gadjet, media
sosial, atau kerjaan. Love, Kiss, Hug.
Comments
Post a Comment